Seringkali, kata “diet” langsung diasosiasikan dengan rasa lapar, pantang makanan kesukaan, atau bahkan tidak makan sama sekali. Padahal, pemahaman ini keliru dan justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Diet yang sesungguhnya bukan tentang menyiksa diri dengan kelaparan, melainkan tentang mengatur pola makan menjadi lebih sehat dan berkelanjutan.
Anggapan bahwa diet identik dengan tidak makan sama sekali adalah mitos yang perlu diluruskan. Mengapa demikian?
1. Diet Adalah Perubahan Pola Makan, Bukan Kelaparan
Diet sebenarnya adalah sebuah pendekatan untuk mengubah kebiasaan makan secara keseluruhan, bukan hanya mengurangi asupan kalori secara drastis [1]. Ini melibatkan pemilihan jenis makanan yang lebih baik, pengaturan porsi, dan jadwal makan yang teratur. Tujuannya adalah untuk mencapai berat badan yang sehat, menjaga kesehatan tubuh, dan mencegah penyakit, bukan membuat Anda kelaparan. Jika Anda merasa sangat lapar saat diet, berarti ada yang salah dengan pendekatannya.
2. Nutrisi Tetap Penting untuk Fungsi Tubuh Optimal
Meskipun bertujuan untuk menurunkan berat badan, tubuh tetap membutuhkan asupan nutrisi seperti karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral [2]. Tidak makan sama sekali atau mengurangi porsi secara ekstrem justru akan membuat tubuh kekurangan nutrisi, yang bisa berujung pada:
- Penurunan energi dan kelelahan: Tubuh tidak memiliki bahan bakar yang cukup untuk beraktivitas.
- Penurunan massa otot: Alih-alih lemak, tubuh justru membakar otot sebagai sumber energi [3].
- Gangguan metabolisme: Metabolisme bisa melambat sebagai respons terhadap asupan kalori yang sangat rendah, sehingga justru menyulitkan penurunan berat badan dalam jangka panjang.
- Masalah kesehatan: Rambut rontok, kulit kering, gangguan pencernaan, hingga sistem imun yang melemah [4].
3. Pentingnya Porsi dan Kualitas Makanan
Fokus utama dalam diet yang sehat adalah kualitas makanan dan pengaturan porsi. Daripada menghindari makan, lebih baik pilih makanan yang padat nutrisi dan tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein tanpa lemak, dan lemak sehat. Makanan-makanan ini memberikan rasa kenyang lebih lama tanpa harus mengonsumsi kalori berlebihan [5]. Misalnya, mengganti nasi putih dengan nasi merah, atau camilan gorengan dengan buah potong, sudah merupakan bagian dari diet sehat.
4. Diet yang Berkelanjutan Adalah Kunci Keberhasilan Jangka Panjang
Diet yang melibatkan kelaparan biasanya tidak berkelanjutan. Begitu Anda berhenti, berat badan cenderung akan kembali naik (efek yoyo) karena tubuh akan berusaha menyimpan energi sebagai respons terhadap periode kelaparan sebelumnya [3]. Diet yang sehat dan efektif adalah yang dapat Anda terapkan sebagai gaya hidup jangka panjang, bukan sekadar program sementara. Ini berarti Anda tetap bisa menikmati makanan favorit sesekali dalam porsi terkontrol, tanpa merasa bersalah atau harus mengorbankan nutrisi.
Referensi:
[1] Kementerian Kesehatan RI. (n.d.). Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Diakses dari https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/gerakan-masyarakat-hidup-sehat-garmas (Akses pada 11 Juni 2025).
[2] Harvard T.H. Chan School of Public Health. (n.d.). The Nutrition Source: Healthy Eating Plate. Diakses dari https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/healthy-eating-plate/ (Akses pada 11 Juni 2025).
[3] Halodoc. (2022, November 28). Kenapa Diet Ekstrem Berbahaya untuk Kesehatan?. Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/kenapa-diet-ekstrem-berbahaya-untuk-kesehatan (Akses pada 11 Juni 2025).
[4] Ciputra Hospital. (2023, July 3). Waspada, Ini Bahaya Diet Ekstrem Bagi Kesehatan!. Diakses dari https://ciputra-hospital.com/artikel/diet-ekstrem-bahaya/ (Akses pada 11 Juni 2025).
[5] Alodokter. (2023, November 28). Pola Makan Sehat untuk Menurunkan Berat Badan yang Efektif. Diakses dari https://www.alodokter.com/pola-makan-sehat-untuk-menurunkan-berat-badan-yang-efektif (Akses pada 11 Juni 2025).